Bukan hanya filsafat Barat atau alam India yang kaya dengan telaahkehidupan diri manusia. sunan Kalijaga pun mengajarkan jati diri manusia kepada masyarakat. seperti juga pada doa, ajaran tentang filsafat kehidupan juga dituangkan dalam bentuk kidung. jika filsafat lebih menitikberatkan pada wacana intelektual, tidak demikian halnya dengan ajaran kidung sunan.ajaran dalam kidung lebih difokuskan dalam kehidupa nyata. Yaitu, manusia yang WASPADA.
Kita tidak asing dengan kata eling dan waspada. dari kedua kata jawa itu, hanya waqspada yang sepenuhnya terserap ke dalam bahasa indonesia. kata eling bisa diterjemahkan "ingat" atau "sadar". walaupun sebenarnya arti kata eling lebih luasdaripada ingat atau sadar, sedangkan waspada adalah keadaan yang senantiasa siaga. selalu awas! Hidup di dunia ini sebenarnya dalam belenggu kepura-puraan. Hal ini disebabkan manusia ini tidak tahu mau kemana dalam hidup ini. lalu, manusia mencari pegangan.
Apa yang dipakai pegan gan? Umumnya yang dipakai pegangan adalag agama atau kepercayaan. Agama mengandung unsur kepercayaan, tetapi kepercayaan belum tentu dalam bingkai agama. Dinegara-negara komunis atau bekas negara komunis banyak manusia tidak beragama, tetapi mereka memiliki kepercayaan.
Unsur utama dalam agama yang dipegangi erat-erat juga kepercayaan. Orang beragama lebih yakin akan masuk surga bila meyakini ajaran agamanya daripada harus beramal saleh yang dilandasi keimanan. Umumnya iman dipandiang lebih utama dari perbuatan. Apalagi laku agama, banyak yang dipandang sebelah mata. kadang dilirikpun tidak. padahal laku agama merupakan inti dalam kehidupan beragama. laku agama merupakan penghayatan batin dalam beragama.
Syariat dalam suatu agama dibutuhkan untuk membangun komunitas. Sendi pengikat dalam masyarakat. Di tingkat syariat inilah agama yang satu bisa dibedakan dari agama yang lain. Ada tiga hal yang menjadi kunci pembeda syriat agama yang satu denga yang lain, yaitu npada tatanan ritual, perkawinan dan kematian. Di tiga hal inilah hubungan manusia yang satu dengan lainnya dalam masyarakat agama tersatukan. dalam tiga hal inilah terbentuk paguyupan.
Selain kebersamaan dalam kehidupan kolektif, hidup bersama; manusia juga perlua meningkatkan kesempurnaan dirinya. Disamping ada kebutuhan bersama, juga ada kebutuhan yang bersifat individual. ambil contoh perkawinan, dalam bentuk ritualnya, perkawinan merupakan kebutuhan hidup bersama. Akan tetapi, dalam pemenuhan kebahagian, perkawinan merupakan kebutuhan individual.
Pada tingkat penyempurnaan Diri inilah potensi orang yang satu dengan yang lain berbeda2. Dalam penyempuranaan Diri ini manusia berada dalam maqam-maqam, tingkat2 rhani yang berbeda-beda. Masing2 jiwa mempunyai kedudukan sendiri2, sama seperti amlaikat(Q.S.37:164). Bedanya, malaikat tidak hidup bersandang jasmani dan tidak mengemban tugas hidup di bumi, sedangkan setiap manusia yang hidup di bumi ini menegemban tugas kekhalifahan (perwakilan). sebagian orang mempunyai posisi yang lebih tinggi dari yang lainnya.
Sunan Kalijaga mengajak untuk memahami perjalan hidup dan posisi kita dalam hidup ini. Agar kita bisa menerima tugas atau kodart hidup yang telah kita setujui dengan sukarela. mengemban tugas dengan legawa, hati yang lapang!
Sebenarnya kebahagiaan hidup ini bergantung pada sejauh mana kita dapat menerima diri. Yang berarti menerima kodrat kita. Dengan suka hati menyambut qadha dan qadar yang ada pada diri kita. Dlam bahasa gaul kita bisa menerima takdir dan nasib kita.
Menerima kodrat bukan berati menjadi manusia pasif. Menerima kodrat dan bertindak pasif, tidaklah sama. Keduanya berbeda! Menerima kodrat berarti menyadari sepenuhnya siapa dan apa diri kita, sedangkan bertindak pasif bebarti tidak mau atau enggan berikhtiar dalam menjalankan tugas hidup kita sebagai khalifah, wakil Tuhan, di bumi. Ini justru menyalahi kodrat!
sumber: Achmad Chodjim dalam bukunya " mistik dan makrifat SUNAN KALIJAGA" tahun 2003
sumber: Achmad Chodjim dalam bukunya " mistik dan makrifat SUNAN KALIJAGA" tahun 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar