Selasa, 24 Agustus 2010

KODRAT MANUSIA

Dari mana, dan siapa kita? sejak ribuan tahun lalu para ahli dan mistikus mengajukan pertanyaan tentang hal ini. Lebih dari du ribu tahun yang lalu para ahli pikir dari tanah yunani beranggapan bahwa manusia itu adalah hewan yang berakal. dengan demikian, hakikat jiwa adalah kesadaran atau rasio yang terperangkap badan jasmani. keadaan ini mendorong seorang filosof barat yang bernama Arthur Schopenhauer (1788-18680 memunculkan gagasannya tentang esensi atau hakikat manusia. menurutnya, manusia lahir dari kehendak buta.
        Dengan pandangan tersebut manusia sama dengan menerima nasib secara pasif total. seolah2 kehadiran manusia di alam ini hanya karena kecelakaaan sejarah. Seakan2 manusia hadir karena paksaan dari luar dirinya. 
        Dalam buku Syekh Siti Jenar (Serambi,2001) telah diulas masalah kodrat ini. Namun, yang dibahas dalam buku ini adalah kodarta dari sisi kuasaNya dalam pembentukan jasmani. Bukan kodrat manusia yang mencakup nasib hidupnya. Jika kodrat dalam sisi jasmani untuk menyempurnakan kehidupan jasmani, dari sisi kejiwaan juga menyempurnakan jiwa agar sang Diri bisa kembali lagi pada-Nya. Inna li Allah wa inna ilyah rajiun, kita ini berasal dari Allah dan akan kembali pada-Nya. Mari kita lihat ajaran sunan kalijaga dibawah ini:
    Sapa weruh kembang tepus kaki
    sasat weruh reke artadaya
    tunggal pancer sasantine
    sapa weruh ing panuju
    sasat weruh pagere wesi
    rinekso wong sejagad
    kang angidung iku
    lamun dipun apalena
    kidung iku den tutug padha sawengi 
    adoh panggawe ala
"siapa tahu bunga tepus, niscaya tahu makna artadaya. Yang satu asal dengan hidupnya. Siapa tahu tujuannya,  niscaya tahu pagar besi, ynag dijaga manusia sedunia. yang melantunkan kidung, jika kidung dihapalkan,  jauhlah perbuatan jahat."
        Perhatikan baris pertama pada kidung tersebut. Disebutkan bhwa orang yang mengetahui bunga tepus, niscaya mengetahui makna artadaya. pertama2 yang perlu kita pahami adalah kata "mengetahui". Kata "weruh" tidak sekedar mengetahui, bukan hanya sekedar tahu melainkan bisa mengerti dan mengalami. lalu, apa yang dimaksud dengan bunga tepus? Bunga atau kembang tepus merupakan kalimat metafor. Kaliamat perumpamaan, bagi asla usul manusia.
        Pada bait ssebelumnya disebutkan bahwa Diri manusia mula2 hadir di alam ngare. Ada di alam gaib. Arti ngare adalah lembah atau tanah yang datar. Tempat atau keadaan yang penuh ketentraman. di alam demikian inilah Diri Pribadi manusia berada. Ngare ini juga disebut "Betal Mukaram" (baitul muharram), rumah suci, tempat larangan. Artinya, bangunan rumah bagi sang diri di alam ngare itu bebas dari segala macam gangguan, godaan, dan gejolak nafsu.Alam yang benar2 penuh kedamaian dan ketentraman. Inilah yang juga dinamakan daru al-salam. Suatu tempat yang adanya di sisi Tuhan. Di situ Sang Diri ditemani oleh Allah Sang Pelindung.
        Kemudian Sang Diri menerima panggilan dari Allah Yang Maha pemurah untuk menerima amanat di Betal Makmur (baitul ma'mur), rumah sebagai tempat keinginan. Dalam kidung itu dilukiskan sebagai orang yang berada di gunung. Di alam ini para malaikat setiap hari berdatangan ke betal makmur sambil memancarkan cahaya dan lengkap dengan perhiasannya. Mereka menebar bau harum dengan menyebut2 dan memuji2 Tuhan dengan diiringi musik surgawi. Di rumah inilah nabi menerima perintah salat lima kali sehari ketika mikraj. Jadi, di rumah ini Diri manusia bersumpah dan bersaksi sebagaimana di ayat Q.S. 7:172, "Bukankan Aku ini Tuhanmu? Benar! Dan, kami bersaksi." Setuju untuk hidup sebagai khalifah di bumi.
        Di betal makmur Sang Diri sudah menyukma. Berkendaraan sukma. Bertubuh astral. disebut juga menggunakan wahana jiwa. Wahana ini digunakan untuk dapat teken kontrak tentang kehidupan yang akan dialami di dunia ini. Mereka semua mampu menyadari apa yang akan diembannya karena diri mereka belum terhijab. Belum tertutup oleh hawa nafsu. Tentu saja ada yang meneken kontrak untuk menjalani hidup sengsara, dan ada pula yang menjalani hidup bahagia di dunia ini. semua diteken karena tak merasakan beratnya beban jasmani. karena belum terhijab oleh hawa nafsu, kontrak yang isinya menyengsarakan pun ditekennya. Kalau bahsa jaman sekarang " terima dulu, enak tidaknya itu urusan nanti"
        Teken kontrak itu untuk melanjutkan proyek kehidupan yang belum selesai. proyek kehidupan kita ini, ya kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wa inna ilyah rajiun, dan sesungguhnya kita kembali pada Allah. Kita ini asal usulnya dari Tuhan dan kembali pada Tuhan. Dalam perjalanan kembali itu kita mampir di bumi dengan berpakaian raga jasmani. Di bumi ini kita hanya mampir "ngombe", singgah untuk mengambil bekal bagi kehidupan selanjutnya. 
        Bila pakaian telah rusak, tidak bisa dipakai lagi, ya ganti pakaian baru. proyek kita jalan terus.....!sesuai dengan yang kita kontrak. kita buat rancangannya, cetak birunya. Lalu, kita kerjakan. Karena kita sendiri yang teken kontrak berdasarkan cetak biru yang telah kita buat dulunya maka kita diingatkan dalam Alquran untuk tidak bersedih bila kita tidak berhasil dalam mengejar cita2.Juga kita diingatkan untuk tidak terlalu bergembira bila berhasil.
               Tiada satupun bencana yang menimpa  di bumi ini atau pada dirimu, melainkan sudah ada di "kitab"        sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya bagi Allah itu mudah.
              Hal ini dimaksudkan agar aklian semua tidak berduka cita terhadap apa yang luput dari usaha kalian,      dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang akan kalian dapatkan (dalam hidup ini). Allah tidak mencintai        orang yang sombong dan membanggakan diri.
       Jadi, memang benar sekali jakalau Tuhan dikatakan sebagai Yang Maha Adil. Tak ada pihak yang dirugikan sama sekali. Tuhan memfasilitasi apa yang akan kita kerjakan dalam hidup ini. Dia mengerti apa yang kita perlukan. Ya, tuhan itu Maha pemurah. Apa yang diperlukan oleh Sang Diri untuk menjalankan amanat-Nya dalam kehidupan di bumi ini, telah dipenuhinya. Bahkan, bencana yang menimpa di bumi, petaka yang menimpa seseorang, atau bahkan keberhasilan yang diperoleh seseorang ternyata semuanya sudah dicatat dalam suatu "kitab". Kapan itu dicatat? ya sebelum kita dihadirkan di bumi ini. Kalau kita lupa tentang apa yng kita lakukan di masa lalu, apa yang kita setujui untuk melakukan hidup sekarang maka Tuhan hanya mengingatkan akan hal itu dala Alquran.
       Tentu ada alasan mengapa ada yang dicatat memperoleh keberuntungan dalam hidupnya di bumi ini. dalam Alquran dijelaskan: " Allah tidak membebani suatu jiwa diluar kesanggupanya, Sekarang ini ia hanya mendapatkan imbalan dari apa yang pernah ia usahakan, dan mendapatkan siksaan dari kejahatan yang telah dilakukannya."
        Sebenarnya Allah itu Maha Rahman dan Rahim. Juga  Maha Pengampun. Apabila Allah tidak menutupi sebagian dari kesalahan manusia, niscaya beban atau balasan yang dipikul manusia terlalu berat.
        lha, bagaimana kalau kita belum bisa kembali pada Tuhan? bukankah kematian dan dibangkitkan pada hari kiamat  itu merupakan makna kembali pada Tuhan?
        Lho, kalalu masih ada yang masuk neraka akibat kejahatannya, itu namanya belum kembali pada Tuhan. Padahal sudah ditegaskan bhwa kita ini kembalinya ya pada Tuhan. Bukan pada surga atau neraka. itu hanyalah termin2 atau babak2 psikologis yang dialami manusia dalam usahanya untuk kembali pada Tuhan. 
        Kembali pada asal Diri manusia, dari betul makmur sang diri menuju betul Mukadas (baitul muqaddas). Rumah bagi sang jiwa yang telah disucikan. Sudah bersaksi sebelumnya di betal makmur.  Di Betal Mukadas Sang Diri hendak menggunakan pakaian baru yang disebut raga jasmani. Yang juga disebut sebagai hartati. yaitu pakaian yang spesifikasi, atau ciri2nya sesuai dengan yang tercantum di kontrak.
        Di dalam Betal Mukadas Sang Diri atau yang biasa disebut jiwa atau nafs, dilengkapi oleh Tuhan dengan dua macam kendaraan. Yaitu, preyoshakti  dan sreyoshakti. juga dikenal sebagai  Ki Samurta dan Ki Samurti. Preyoshakti atau Ki Samurta merupakan ujud (keberadaan) yang berasal dari air, api, udara, tanah dan angkasa (ruangan).  Kadang kata angkasa ini disebut eter, sedangkan sreyoshakti atau Ki Samurti adalah ujud yangt berasal dari cahay matahari, rembulan, dan bintang.
        Ki Samurta mendorong manusia untuk mencintai kehidupan materi, sedangkan Ki Samurti lebih tertarik pada hal2 yang bersifat rohani. Yang satu menrik pada kehidupan duniawi, sedangkan yang lain menuju pada kehidupan samawi. Yang satu berpijak pada pertiwi, yang lain menuju langit yang tinggi.
        Ki Samurta mewujud dalam bentuk fisik manusia. Ki Samurti merupakan kekuatan batin atau daya rohani. Manusia yang semula disebut hartati oleh sunan Kalijaga, setelah keluar dari rahim ibu menjadi bayi yang dinamakan artadaya. Kata hartati berasal dari har, ta, dan ti. Har artinya air, ta artinya kamu, dan ti menunjukkan kejadian dalam kurun waktu. jadi, manusia mulanya hanyalah wujud dari cairan.  Setelah diberi daya dan kekuatan yang berasal dari unsur preyo dan sreyo, lahiorlah menjadi manusia yang membawa potensi atau kodrat dirinya, disebut artadaya. yaitu, suatu kuasa dan daya untuk mempertahankan hidupnya di bumi ini. Artadaya sekaligus merupakan tabir atau hijab bagi manusia untuk menggapai kebahagaian batin.
        Secara biologis kodrat, artadaya merupakan sekumpulan sifat yang diterima dari kedua orangtuanya. secara esoteris artadaya merupakan nasib yang harus diemban dalam kehidupan di dunia ini. Artadaya jug merupakan wujud kekuasaan manusia di dunia ini. apa yang disebut mukjizat senebarnya bangkitnya artadaya yang ada pda diri seseorang. Jadi secara normatif, lahirnya seorang bayi sama dengan hadirnya artadaya ditengah2 kehidupan manusia. Yang juga berarti hadirnya sosok manusia yang membawa misi takdir dan nasibnya. dalam bahasa hadis, " masing2 kalian adlah pemimpin, dan kelak kalian dimintai pertanggungjawaban atas kepimimpinan kalian."
        Si miskin dan si kaya, kopral, jendral, rakyat dan presiden masing2 mengemban mini hidupnya. masing2 membawa takdir dan nasibnya. Masing2 punya peran.  Masing2 seharusnya tahu peranan yang diterimanya sehingga tidak terjadi perebutan dan konflik. Yang ada adalah lomba dalam kebajikan , al akhirat. berlomba dalm mewujudkan kehidupan yang damai dan damai sejahtera.
sumber: Achmad Chodjim dalam bukunya " mistik dan makrifat SUNAN KALIJAGA" tahun 2003

2 komentar: